Free Air Plane Cursors at www.totallyfreecursors.com
Manajemen Bandar Udara: November 2011

Rabu, 30 November 2011

5. Pencahayaan untuk Pendekatan/Landas Pacu


       Untuk keperluan pendaratan dalam kondisi pengendalian dengan penglihatan atau visual, terdapat seperangkat rangkaian lampu di landasan dan di sekitarnya. Deretan dan kombinasi lampu memberikan informasi kepada penerbang tentang azimut garis tengah landas pacu dan ketinggian pesawat udara terhadap sudut pendaratan (glidepath). Sederet lampu dapat menuntun penerbang secara visual tentang jarak aman minimum roda pesawat udara di atas ambang. Landas pacu atau rentangan yang tedapat pada pendekatan terakhir (final approach)       



4. Alat Bantu Pendekatan/Pendaratan (Approach/Landing)


a)      Instrument Landing System (ILS)

ILS terdiri atas seperangkat peralatan bantu navigasi yang terdapat di darat dan di pesawat udara untuk pendaratan dalam kondisi pengendalian dengan instrumen. Melalui peralatan yang terdapat dalam pesawat udara, penerbangan dapat menentukan posisi dan sikap (attitude)  pesawat udara tehadap garis tengah landas pacu serta sudut luncur pesawat.
b)      Microwave Landing System (MLS)
MLS merupakan pengembangan ILS, sebagai upaya mengatasi kesulitan dalam pemasangan alat peralatan dan memberi keleluasaan dalam penggunaannya. Kondisi ini bergantung pada pesawat udara yang dilayani, karena peralihan tersebut belum tentu diikuti oleh semua pesawat udara.
c)      Radar
Radar merupakan alat bantu navigasi yang berpusat di darat. Jadi, pengendalian berada di stasion radar. Stasion radar mengetahui posisi dan arah terbang pesawat udara, sehingga dapat memberikan nasihat atau instruksi kepada penerbang dalam mengarahkan pesawat udara.

3. Kawasan Operasional



Kawasan operasional mencakup permukaan yang diperkakas di bandar udara yang dilalui pesawat udara yaitu landas pacu, landas penghubung, landas parkir.
a)      Bebas Zat Pencemar (Countaminants)
Mutu permukaan landas pacu terancam oleh keausan landasan (normal wear), uap air, serta zat pencemar seperti salju, es, genangan air, lumpur, debu, minyak dan potongan-potongan karet.
b)      Bebas Kotoran (Debris)
Kotoran di atas permukaan landas pacu yang terdiri atas material lepas seperti pasir, batu-batu, kertas, potongan kayu, dapat merusak struktur pesawat udara, mesin, atau menjadi gangguan sistem pesawat udara. Oleh karena itu, landas pacu harus bebas dari kotoran semacam itu.

2. Pembatasan Operasi


a.  Batas Penglihatan
Batas penglihatan ditentukan oleh kondisi cuaca dan pengaruh kepadatan lalu-  lintas. Landas pacu digolongkan menurut kemampuannya menangani pesawat udara dalam batas penglihatan pada tingkatan yang berbeda-beda .
1)      Kategori I   : dimaksudkan untuk melayani sampai Decision Height 200 ft (60m) dan RVR (Runway Visual Range) 2.600 ft (800m)
2)      Kategori II  : dimaksudkan untuk melayani sampai Decision Height 100 ft (300m) dan RVR 1.200 ft (400m)
3)      Kategori III : Landas pacu dengan pendekatan presisi, yaitu landas pacu   dengan instrumen yang didukung ILS dalam berbagai sub-kategori
a)      Kategori III A  : dimaksudkan untuk melayani sampai RVR 700 ft (200m) dan Decision Height 0. Penggunaan alat bantu pandang hanya pada tahap akhir pendaratan
b)      Kategori III B  : dimaksudkan untuk melayani sampai RVR 150 ft (50m) dan Decision Height 0. Penggunaan alat bantu pandang hanya untuk menaksi (taxing)
c)      Kategori III C  : dimaksudkan untuk melayani pendaratan dan menaksi tanpa bergantung pada rujukan pandang (visual reference)
b. Dampak Angin dari Samping
      Menurut ICAO  pada Annex 14, arah landas pacu dirancang agar paling   sedikit  dapat beroperasi pada tingkat 95 persen pada saat angin dari samping  berkecepatan 20 knots (37 km/jam) untuk landasan berkategori A dan B, 25 knots (27 km/jam) untuk landasan berkategori D dan E.
c.       Pengawasan Gangguan Burung
      Keberadaan burung di bandar udara karena di sana terdapat kebutuhan alami burung, seperti makanan, tempat berteduh/berlindungtempat bersarang,dll. Oleh karena burung-burung dapat membahayakan penerbangan, maka tindakan strategis perlu diambil antara lain :
1)      Mengenali jenis burung pengganggu yang dihadapi
2)      Mengetahui pola perilaku burung yang bersnagkutan
3)      Mengenali lingkungan hidup sekitar bandar udara
4)      Mengetahui faktor-faktor yang menarik bagi burung pengganggu ke  kawasan bandar udara

D. Kesiapan operasi Bandar Udara

   1. Penyertifikatan (Licensing)
          Untuk menjamin keselamatan seluruh sistem operasi bandar udara yang          mencakup pesawat udara, pengguna jasa angkutan udara, dan fasilitas bandar udara; pemerintah mengeluarkan sertifikat kepada bandar udara yang memenuhi persyaratan. Persyaratan yang dimaksud berhubungan dengan bagian-bagian yang diperkakas atau pavement seperti :
v     Landas pacu, landas penghubung, dan apron
v     Area penyelamatan (pada ujung landasan)
v     Rambu-rambu dan lampu-lampu landasan
v     Ambang (threshold) landas pacu dan landas hubung
v     Layanan pemadam api dan penyelamatan
v     Penanganan dan penyimpanan benda-benda dan material berbahaya
v     Rencana darurat
v     Program pemeriksaan sendiri
v     Kendaraan darat
v     Halangan-halangan (obstacles)
v     Perlindungan terhadap alat-alat bantu navigasi
v     Pengurangan bahaya burung serta pendugaan dan pelaporan kondisi bandar udara







   
1.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Sistem Landas Pacu
  1. Pengawasan Lalu-lintas Udara
  2. Karakteristik Permintaan
  3. Lingkungan
  4. Rancangan Bangun
2. Kapasitas Landas Hubung (Taxiway)
    Pada umumnya, kapasitas sistem landas hubung jauh melampaui kapasitas-kapasitas landas pacu atau tempat parkir (gate).dengan satu pengecualian pada kondisi landas hubung menyebrangi landas pacu yang aktif. Dalam kondisi ini, kapasitas landas hubung bergantung pada tingkat kesibukan di landas pacu, pesawat-pesawat udara yang sedang menggunakan (aircraft mix), dan lokasi landas hubung relatif terhadap ujung pemberangkatan(departure end) landas pacu tersebut.
3. Kapasitas tempat parkir (gate)Kapasitas tempat parkir mengacu pada kemampuan sejumlah tempat parkir mengakomodasi kegiatan muat-bongkar pesawat udara dalam kondisi permintaan yang berlanjut. Tingkat keterisian tempat parkir bergantung pada hal-hal berikut :
1.      Jenis pesawat udara (ukuran, bobot, fungsi/peran)
2.      Penerbangan dari awal (originiting), persinggahan (turnaround), atau hanya lewat (through flight)
3.      Jumlah penumpang naik dan turun
4.      Jumlah bagasi, kargo dan pos
5.      Efisiensi petugas di apron
6.      Jenis penggunaan tempat parkir(khusus atau umum)

KONFIGURASI DASAR LANDAS PACU (diringkas dari Robert Horonjeff,1975:194-197)

a)      Landas Pacu Tunggal (Single Runway)
      Konfigurasi landas pacu ini merupakan jenis paling sederhana.
b)      Landas Pacu Paralel (Parallel Runways)
Konfigurasi landas pacu ini memungkinkan peningkatan kapasitas; semakin banyak jumlah landas pacu semakin besar kapasitas bandar udara yang bersangkutan
c)      Landas Pacu Jalur Garda (Dual Lane Runway)
      Konfigurasi lands pacu ini merupakan dua landas pacu parallel yang saling     berdekatan dengan landas hubung keluar masing-masing. Meskipun, kedua landas pacu dapat sama-sama dapat digunakan untuk tinggal landas dan pendaratan namun biasanya satu landas pacu untuk kedatangan yaitu yang terjauh dari bangunan terminal dan yang terdekat dengan bangunan terminal untuk pemberangkatan.
d)      Landas Pacu Silang (Intersecting Runways)
Konfigurasi landas pacu ini terdiri dari dua atau lebih landas pacu yang berbeda arah satu dari yang lainnya. Hal ini didasarkan  atas kebutuhan untuk mengatasi arah angin yang bertiup lebih dari satu arah dan berdampak pada angin samping(cross winds) yang kuat jika menghandalkan satu landas pacu saja.
e)      Landas Pacu V-Terbuka (Oven-V Runways)
Konfigurasi landas pacu memberi manfaat hampir sama dengan jenis intersecting runways(Jika angin bertiup kuat dari satu arah) hanya saja jika tiupan angin tidak terlalu kuat, kedua landas pacu dapat digunakan bersama-sama.




B. Fungsi Bandar Udara

   1. Penggantian Moda
         Bandar udara berfungsi sebagai penghubung fisik antara alat angkut udara dan alat angkut permukaan. Hubungan dirancang agar dapat mengakomodasikan karakteristik operasional alat angkut pada sisi udara dengan alat angkut pada sisi darat, baik pada bagian keberangkatan maupun pada bagian kedatangan. Batas sisi udara dan sisi darat ialah tempat parkir pesawat udara(gate), untuk menaikkan dan menurunkan penumpang atau barang, dengan ruang tunggu penumpang (boarding gate) atau tempat penimbunan barang muatan pada gedung terminal. Sisi udara mencakup tempat parkir, apron, landas hubung,dan landas pacu. Sedangkan sisi darat mencakup gedung terminal hingga jalan keluar bandar udara. Jadi, penghubung fisik antara alat angkut udara dan alat angkut permukaan ialah gedung terminal(penumpang atau kargo).

    2. Pemrosesan
        Bandar udara berfungsi sebagai tempat penyiapan pemberangkatan dan penerimaan kedatangan pesawat udara. Penyiapan keberangkatan menyangkut antara lain penyediaan fasilitas pengurusan karcis, pengurusan dokumen, serta pelayanan penumpang dan penanganan barang/kargo. Dalam penerimaan kedatangan, bandar udara menyediakan fasilitas pengurusan untuk berpindah pesawat, pengurusan dokumen, serta pengurusan bagasi dan kargo. Disamping itu, bandar udara juga menyediakan fasilitas pemeliharaan pesawat, pengisian bahan bakar, serta fasilitas penyelenggaraan fungsi pemerintahan seperti karantina, imigrasi, dan beacukai. Sementara itu, untuk kepentingan ekonomi, bandar udara berfungsi dalam pencarian pendapatan melalui persewaan fasilitas dan konsesi-konsesi.

    3. Perubahan Tipe Gerakan 
        Bandar udara berfungsi sebagai pengubah aliran muatan yang berkelanjutanmenjadi bergelombang, menurut ukuran pesawat udara yang diberangkatkan. Muatan yang dikirim diangkut truk dan para calon penumpang dengan angkutan jalan raya atau kereta api, tiba di bandar udara secara berkelanjutan(continous), berdasarkan atas jadwal yang telah ditetapkan, kemudian diubah dalam kelompok-kelompok atau himpunan (batches) muatan pesawat udara. Sebaliknya, proses pada kedatangan pesawat udara yaitu dari himpunan muatan dalam pesawat udara oleh bandar udara diubah menjadi aliran berkelanjutan saat meninggalkan bandar udara.

 

Selasa, 29 November 2011

ANALISIS OPERASI

     
A. Sistem Bandar udara



    Dilihat dari aspeknya, bandar udara merupakan satu sistem karena terdiri atas komponen-komponen yang berinteraksi satu dengan lainnya dan menghasilkan suatu keluaran(output). Komponen-komponen bandar udara terdiri atas :


1. Pengelolaan bandar udara
2. Pengelolaan perusahaan angkutan udara
3. Kebutuhan pengguna jasa angkutan udara.
       Keluarannya berupa parameter utama untuk skala operasional yang mencakup kesesuaian antara pemenuhan permintaan angkutan penumpang dan barang, kapasitas angkutan udara, serta kapasitas bandar udara. 
            Sistem bandar udara akan berhasil baik jika setiap komponen dapat mencapai suatu keseimbangan dengan dua komponen yang lain(Norman Ashford et all, 1984:1). Kegagalan mencapai kondisi tersebut akan berakibat pada kekurangoptimalan skala operasi fasilitas dan layanan udara,seperti kelambatan pemberangkatan, tingkat layanan berkurang, fasilitas kurang mendukung operasi, tingkat keselamatan atau keamanan kurang terjamin, atau penambahan pengeluaran biaya.
            Pengelolaan perusahaan angkutan udara dan kebutuhan pengguna jasa angkutan udara dapat menciptakan kesesuaian kebutuhan pengguna dengan kemampuan pesawat udara melalui integrasi karakteristik kebutuhan pengguna dalam penerbangan dengan karakteristik penerbangan, dalam hal antara lain jenis layanan penumpang atau barang serta keterbatasan yang ada.
Interaksi pengelolaan perusahaan angkutan udara dengan pengelolaan bandar udara dapat menciptakan kesesuaian kebutuhan antara pesawat udara dan kemampuan bandar udara melalui integrasi kinerja(performance) unsur-unsur perusahaan angkutan udara dengan kawasan sisi udara bandar udara dalam hal antara lain penggunaan ruang parkir dan pergerakan pesawat udara serta penanganan di darat
  Pengelolaan bandar udara dan kebutuhan pengguna jasa angkutan udara dapat menciptakan kesesuaian kebutuhan pengguna jasa angkutan udara dengan kemampuan bandar udara melalui integrasi antara karakteristik kebutuhan pengguna jasa angkutan udara di terminal dan kemampuan terminal, dalam hal antara lain penggunaan ruang di terminal penumpang dan kargo serta pelayanan di darat..